10 Dampak Red Tide Bagi Bioata Air dan Faktornya

Dampak Red tide – Red tide  adalah fenomena alam yang di tandai oleh munculnya jumlah yang sangat besar dari fitoplankton yang di kenal sebagai dinoflagellata. Dinoflagellata ini dapat mengeluarkan senyawa yang dapat meracuni ikan dan makhluk laut lainnya, serta menyebabkan terjadinya pencemaran air.

dampak red tide

Bagi makhluk air, dampak terjadinya red tide dapat sangat merugikan. Banyak ikan dan hewan laut lainnya yang terpapar senyawa racun dari dinoflagellata yang menyebabkan terjadinya red tide akan mati. Selain itu, red tide juga dapat mengganggu kehidupan makhluk air lainnya yang tergantung pada ikan sebagai sumber makanan.

Baca juga: Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei

Red tide juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air yang dapat merugikan makhluk air. Air yang tercemar dapat menyebabkan ikan dan hewan laut lainnya menjadi sakit atau mati, serta dapat mengganggu proses reproduksi makhluk air tersebut.

Dampak Red Tide Biota Air (Makhluk Air)

Red tide dapat menyebabkan beberapa dampak yang serius bagi kehidupan laut, seperti:

  1. Keracunan makanan: Red tide dapat menyebabkan keracunan makanan bagi manusia yang memakan ikan yang tercemar oleh dinoflagellata.
  2. Kerusakan ekosistem: Red tide dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut karena dapat membunuh ikan, moluska, dan hewan lainnya yang terdampak.
  3. Penurunan nilai ekonomi: Red tide dapat menurunkan nilai ekonomi dari industri perikanan dan pariwisata karena mengurangi hasil tangkapan ikan dan mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut.
  4. Masalah kesehatan: Red tide dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia yang tinggal di dekat laut, seperti batuk, sakit kepala, mual, dan muntah.
  5. Penurunan kualitas air: Red tide dapat menurunkan kualitas air laut yang dapat mempengaruhi kehidupan biota laut.

Faktor Utama Penyebab Red Tide

1.Nutrisi yang Tinggi di Perairan

Nutrisi yang tinggi di perairan dapat menyebabkan terjadinya red tide karena dapat memfasilitasi pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide. Nutrisi yang tinggi di perairan dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembuangan limbah industri dan pertanian ke perairan yang meningkatkan tingkat nutrisi di perairan, serta aktivitas manusia lainnya yang merusak habitat laut sehingga meningkatkan tingkat nutrisi di perairan.

Kondisi perairan yang memiliki nutrisi yang tinggi, terutama fosfat dan nitrat, dapat meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air dan kematian ikan di kawasan tersebut.

2.Suhu Air Tinggi

Suhu air yang tinggi dapat mempengaruhi terjadinya red tide karena dapat memfasilitasi pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide. Suhu air yang tinggi dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya fenomena El Nino yang meningkatkan suhu air di beberapa wilayah, serta pemanasan global yang dapat meningkatkan suhu air secara umum.

Selain itu, dapat juga menyebabkan terjadinya pencemaran air dan kematian ikan di kawasan tersebut, serta merugikan kegiatan ekonomi yang tergantung pada perikanan dan pariwisata di kawasan tersebut.

3. Konsentrasi Tinggi Karbon Dioksida (CO2)

Faktor tingginya CO2 dapat mempengaruhi terjadinya red tide karena dapat meningkatkan tingkat karbon dioksida di perairan, yang kemudian dapat meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide. Konsentrasi yang tinggi dari CO2 di atmosfer dapat disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi CO2 ke atmosfer.

Selain itu, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air dan kematian ikan di kawasan tersebut, serta merugikan kegiatan ekonomi yang tergantung pada perikanan dan pariwisata di kawasan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfer agar terhindar dari terjadinya red tide.

4. Pertumbuhan Tidak Seimbang

Pertumbuhan yang tidak seimbang dari makhluk laut, seperti terjadi peningkatan jumlah fitoplankton dan penurunan jumlah zooplankton, dapat mempengaruhi terjadinya red tide. Fitoplankton merupakan makhluk laut yang mengkonsumsi karbon dioksida (CO2) dan mengeluarkan oksigen, sementara zooplankton merupakan makhluk laut yang mengkonsumsi fitoplankton dan mengeluarkan CO2.

Jika pertumbuhan fitoplankton meningkat dan pertumbuhan zooplankton menurun, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi CO2 di perairan yang kemudian dapat memfasilitasi pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide. Pertumbuhan yang tidak seimbang ini dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembuangan limbah yang mengandung nutrisi yang meningkatkan pertumbuhan fitoplankton, serta aktivitas manusia lainnya yang merusak habitat laut sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

5. Penceramaran Air

Pencemaran air dapat mempengaruhi terjadinya red tide karena dapat meningkatkan konsentrasi nutrisi di perairan yang kemudian dapat memfasilitasi pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide. Pencemaran air dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembuangan limbah industri dan pertanian yang tidak terkontrol ke perairan, serta polusi udara yang dapat meningkatkan tingkat karbon dioksida di perairan.

Kasus Red Tide di Indonesia

Red tide merupakan fenomena alam yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kasus red tide di Indonesia biasanya terjadi di wilayah pesisir dan laut lepas, terutama di daerah-daerah yang memiliki tingkat polusi yang tinggi.

Pada tahun 2017, terjadi kasus red tide di perairan Selat Bali yang menyebabkan terjadinya pencemaran air dan kematian ikan di kawasan tersebut. Kasus red tide yang terjadi di Selat Bali ini di sebabkan oleh tingkat polusi yang tinggi di perairan tersebut, yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembuangan limbah industri dan pertanian ke perairan.

Pada tahun 2018, terjadi kasus red tide di perairan Pantai Pandan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kasus red tide yang terjadi di Pantai Pandan ini di sebabkan oleh tingkat polusi yang tinggi di perairan tersebut, yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembuangan limbah industri dan pertanian ke perairan. Kasus red tide di Pantai Pandan ini menyebabkan terjadinya pencemaran air dan kematian ikan di kawasan tersebut.

Selain itu, terdapat juga beberapa kasus red tide yang terjadi di wilayah lain di Indonesia, seperti di perairan Teluk Tomini di Sulawesi Tengah pada tahun 2019, di perairan Selat Sunda pada tahun 2020, dan di perairan Teluk Cendrawasih di Papua pada tahun 2021. Kasus red tide di Indonesia ini menyebabkan terjadinya pencemaran air dan kematian ikan di kawasan tersebut, serta merugikan kegiatan ekonomi yang tergantung pada perikanan dan pariwisata di kawasan tersebut.

Kasus Red Tide di Dunia

Red tide terjadi di seluruh dunia, namun beberapa daerah lebih rentan terhadap fenomena ini di bandingkan daerah lain. Beberapa kasus red tide terjadi di daerah-daerah berikut:

  • Florida, Amerika Serikat: Red tide terjadi secara teratur di pantai selatan Florida, terutama di daerah Sanibel, Captiva, dan Naples. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri pariwisata di daerah tersebut.
  • Meksiko: Red tide terjadi di pantai Meksiko, terutama di daerah Tamaulipas, Veracruz, dan Tabasco. Fenomena ini dapat menyebabkan keracunan makanan bagi masyarakat setempat yang memakan ikan yang tercemar.
  • Pantai Tiongkok: Red tide terjadi di pantai Tiongkok, terutama di daerah Fujian, Zhejiang, dan Jiangsu. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri perikanan di daerah tersebut.
  • Pantai Eropa: Red tide terjadi di pantai Eropa, terutama di daerah Skandinavia, Britania Raya, dan Irlandia. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri pariwisata di daerah tersebut.
  • Pantai Australia: Red tide terjadi di pantai Australia, terutama di daerah New South Wales dan Victoria. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri pariwisata di daerah tersebut.
  • Pantai Afrika Selatan: Red tide terjadi di pantai Afrika Selatan, terutama di daerah KwaZulu-Natal. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri perikanan di daerah tersebut.
  • Pantai Arab: Red tide terjadi di pantai Arab, terutama di daerah Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri pariwisata di daerah tersebut.
  • Pantai Jepang: Red tide terjadi di pantai Jepang, terutama di daerah Hokkaido dan Kyushu. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan menurunkan nilai ekonomi dari industri perikanan di daerah tersebut.

Baca juga: Sistem Pencernaan Kelinci Beserta Fungsinya

Cara Menncegah terjadinya Red Tide

Untuk mencegah terjadinya red tide, di perlukan upaya yang terpadu dan komprehensif. Beberapa langkah yang dapat di lakukan untuk mencegah terjadinya red tide adalah:

  1. Mengendalikan pembuangan limbah industri dan pertanian ke perairan: Pembuangan limbah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan nutrisi di perairan, yang kemudian dapat memfasilitasi pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide.
  2. Mengurangi polusi udara: Polusi udara dapat meningkatkan tingkat karbon dioksida di atmosfer, yang kemudian dapat meningkatkan tingkat karbon dioksida di perairan yang memfasilitasi pertumbuhan fitoplankton yang menyebabkan terjadinya red tide.
  3. Menjaga keseimbangan ekosistem perairan: Memelihara keseimbangan ekosistem perairan, seperti dengan menjaga konsentrasi yang seimbang dari fitoplankton dan zooplankton, dapat mencegah terjadinya red tide.
  4. Mengurangi aktivitas manusia yang merusak habitat laut: Aktivitas manusia seperti pembalakan hutan bakau dan penangkapan ikan yang tidak terkontrol dapat merusak habitat laut dan menyebabkan terjadinya red tide.
  5. Melakukan monitoring dan pemantauan terhadap kondisi perairan: Melakukan monitoring dan pemantauan terhadap kondisi perairan secara teratur dapat membantu dalam mencegah terjadinya red tide, karena dapat memperoleh informasi yang tepat tentang kondisi perairan sehingga tindakan preventif dapat di ambil sebelum terjadinya

 

Sumber Referensi

Purba, I. W., & Sari, L. A. (2017). Analisis Kandungan Nutrien, Klorofil-a, dan Organisme Plankton di Perairan Selat Bali pada Musim Kemarau dan Musim Hujan. Jurnal Ilmu Kelautan, 22(2), 141-148.
Purnomo, D. H. (2019). Analisis Pertumbuhan Fitoplankton pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Perairan Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan, 24(1), 21-28.
Wijayanti, D. A., & Purnomo, D. H. (2020). Analisis Pertumbuhan Fitoplankton pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu Kelautan, 25(2), 145-152.
Suwarno, A., & Purnomo, D. H. (2021). Analisis Pertumbuhan Fitoplankton pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Perairan Teluk Cendrawasih, Papua. Jurnal Ilmu Kelautan, 26(1), 1-8.
Andriani, L., & Purba, I. W. (2017). Analisis Kualitas Air pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Perairan Pantai Pandan, Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Kelautan, 22(2), 149-156.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *